Isak Tangis Haru dan Khidmah Santri Warnai Peringatan Hari Guru Nasional di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah 06 Serpong
Bertindak sebagai pembina upacara adalah Pengasuh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, KH. Ahmad Mahrus Iskandar, B.Sc. Dalam amanatnya, Gus Mahrus—sapaan akrab beliau—menyampaikan pesan mendalam mengenai esensi keberkahan ilmu yang terletak pada penghormatan kepada guru.
"Ilmu itu ibarat air yang mengalir ke tempat yang lebih rendah. Hati yang tawadhu (rendah hati) di hadapan gurulah yang akan mampu menampung samudera ilmu," tutur KH. Ahmad Mahrus Iskandar di hadapan ribuan santri yang menyimak dengan takzim. Beliau juga menekankan pentingnya menjaga adab di era modern ini sebagai kunci kesuksesan santri di masa depan.
Tradisi Mushafahah: Bukti Cinta pada Kyai
Momen puncak yang menguras air mata terjadi usai prosesi formal upacara. Kegiatan dilanjutkan dengan tradisi mushafahah atau bersalaman. Para santri berbaris rapi untuk mushafahah (bersalaman) seluruh santri beserta jajaran Dewan Asatidz.
Isak tangis haru pecah ketika tim paduan suara pondok melantunkan "Hymne Madrasah" dan "Terima Kasih Guruku". Banyak santri yang tampak meneteskan air mata saat bersalaman, memohon ridho dan keberkahan ilmu dari para guru mereka.
"Mendengar dawuh Gus Mahrus tadi, saya kembali diingatkan bahwa ridho Allah terletak pada ridho guru. Hari ini adalah momen tajdidun niat (memperbaharui niat) kami dalam berkhidmah," ujar salah satu santri pengurus usai acara.
Semarak Kreativitas Santri
Tak hanya diisi dengan kegiatan formal, peringatan HGN 2025 ini juga menjadi panggung apresiasi seni. Selepas upacara, para santri menampilkan berbagai kreativitas, mulai dari musikalisasi puisi yang didedikasikan untuk para asatidz, puisi berantai hingga standup comedy yang sangat menghibur seluruh santri dan asatidz.
Peringatan Hari Guru Nasional di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah ditutup dengan doa bersama untuk kesehatan para Masyaikh, guru, dan kejayaan pendidikan Islam di Indonesia. Semangat yang terpancar dari wajah-wajah para santri pagi ini menjadi bukti bahwa pesantren tetap menjadi benteng moral dan akhlak bangsa.

Tidak ada komentar
Posting Komentar